PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM MASA NABI MUHAMMAD SAW
Akhir-akhir
ini, telah bermunculan tokoh tingkat nasional dan internasional yang memainkan
peran sebagai pencerah umat dengan beragam konsep membangun pemikiran dan
peradaban. Konsep membangun pemikiran dan peradaban itu ditawarkan mulai dari
rumah tangga hingga tingkat negara dan dunia. Jika kita merujuk kembali pada
sejarah pemikiran dan peradaban mayor, maka sumber inspirasi perjuangan para
ahli peradaban Islam adalah Nabiullah Muhammad SAW. Adalah suatu momen yang
sangat tepat bahwa kita sebagai pencerah (enlighter) umat menggagas diadakannya
berbagai diskusi dan seminar tentang peradaban sebagai proses reeksistensi
pemikiran dan peradaban Islam.
Plurarisme
bangsa Arab pra-Islam merupakan instrumen dari kemajemukan masyarakat Arab
yang bisa menjadi persoalan krusial. Kerusakan-kerusakan yang parah dibidang
agama, politik, sosial, dan ekonomi.
Pada abab VI M menunjukkan krisis akhlak melanda kepada masyarakatnya, maka dari itulah Allah SWT mengutus Muhammad SAW untuk menyempurnakan “akhlak” hormat diri yang mulia.[2]
Pada abab VI M menunjukkan krisis akhlak melanda kepada masyarakatnya, maka dari itulah Allah SWT mengutus Muhammad SAW untuk menyempurnakan “akhlak” hormat diri yang mulia.[2]
Firman
Allah SWT, Artinya : “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya membawa petunjuk
dan agama yang benar untuk meluruskan segala agama, walaupun orang musyrik
tidak menyukai”. (Q.S. At-Taubah: 33)[3]
Beliau
adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (Syaibah) bin Hasyim (Amru) bin
Abdul Manaf (Al Mughirah) bin Qusyhay (zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin
Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An Nadhr bin Kinanah bin Khuzaenah bin
Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin nizar bin Mo’ad bin Adnanm sampai di
sinilah terhenti nasab yang sahih dari arah ayahnya.
Ibunya
Amirah bin Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin
Luay bin Ghalib bin Fihr nasab ibu dan nasab ayahnya bertemu pada kilab bin
murrah. Ayahnya Abdullah meninggal di Madinah dan dimakamkan di sana pula dalam
perjalanannya pulang dari Ghazah negeri
syam. Ketika itu Rasullah Saw dalam kandungan ibunya dua bulan.[4]
Rasulullah
SAW lahir di waktu menjelang fajar subuh, hari senin, tanggal 12 Rabi’ul Awwal
tahun Gajah (20 April 571 M), dizaman Raja Persi Kisra Anu Syarwan yang adil di
kota Mekah tepatnya pada sebuah rumah di Safa kepunyaan Muhammad bin Yusuf;
dijadikan masjid ketika orang naik haji.
Setelah dewasa,
Rasulullah SAW berusaha hidup mandiri untuk mencukupi kebutuhannya sendiri.
Karena beliau dikenal sebagai pemuda yang rajin dan jujur maka seorang janda
bernama Khadijah binti Khuwalid, seorang bangsawan dan pedagang kaya memberi
kepercayaan untuk membawa barang dagangannya ke negeri Syam. Beliau dipilih
sebagai komisioner, lantaran sifat-sifat Rasulullah SAW, kepercayaan, kejujuran
dan sifat pembawaannya baik, akhlak yang terpuji maka, oleh kaumnya beliau
dikenal sebagai “Al Amin” (orang yang terpercaya).[5]
Beberapa
waktu setelah Rasulullah SAW pulang dari perjalanan ke negeri Syam itu,
datanglah lamaran dari Khadijah untuk menjadi suaminya. Kemudian hal itu
disampaikan kepada pamannya, Abbas bin Abu Thalib setelah dicapai kesepakatan
pernikahanpun dilangsungkan. Ketika itu Rasulullah SAW berusia 25 tahun
sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.
Khadijah adalah istri pertamanya. Khadijah mendampingi Rasulullah SAW dengan
setia dan menyertainya.
Hal
pertama yang menandai datangnya wahyu adalah mimpi baik yang sering dilihat
Rasulullah dalam tidurnya. Saat itu usia Baginda telah mencapai 40 tahun.
Mimpi-mimpi itu mulai dilihatnya sejak bulan Rabi'ul Awwal tahun itu. Dan mimpi
baik itu merupakan satu bagian dari empat puluh enam bagian kenabian seperti
yang dalam sebuah hadits. Kemudian dia
suka menyendiri. Dalam sebuah gua dengan membawa sedikit bekal makanan, dia
beribadah dan terus berpikir.[6]
Gua itu
adalah gua Hira yang terdapat di sebuah gunung an-Nur yang berjarak kurang
lebih dua mil dari Makkah. "Bacalah!" Jibril menemuinya di gua itu. "Aku
tidak dapat membaca," jawabnya. "Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu.. " sahut Jibril lagi.
Ayat-ayat yang turun saat itu adalah ayat satu sampai "Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahui (manusia)" (Q.S.Al-'Alaq: 5).[7]
Wahyu kedua surah al-Muddatsir adalah diterima sebagai pertanda Rasul.
Pemikiran dan Peradaban Islam Periode Makkah dan Periode
Madinah
1. Pemikiran dan Peradaban Islam Periode Makkah
Sistem
dakwah Rasulullah SAW, terbagi dalam beberapa proses:[8]
a)
Proses dakwah secara diam-diam
Mula-mula
Rasulullah SAW berdakwah di Makkah
secara diam-diam; sembunyi-sembunyi. Mula-mula dakwah ditujukan kepada anggota
keluarga maupun kerabat terdekat. Rasulullah SAW memulai dakwahnya kepada
orang-orang yang diharapkan kepadanya kebaikan dari sanak kerabat terdekat.
Maka orang pertama yang beriman kepada Allah SWT sesuai apa yang didakwahkanya,
antara lain : 1) Khadijah (istri nabi Muhammad SAW); orang pertama yang yang
beriman atas kerasulan Nabi Muhamad SAW, 2) Putri-putrinya; Zaenab, Ruqayyah,
Ummu Kultsun dan Fatimah, 3) Saudara sepupunya; Ali bin abi tholib
(cendikiawan), 4) Sahabat ; Abu Bakar bin Abi Qahafah (seorang pemuka
terpandang dan saudagar kaya dan dermawan),
5) Ustman bin Affan (pengusaha).[9]
b)
Proses dakwah terang-terang
Firman
Allah, Artinya : “Sampaikanlah segala yang diperintahakan secara terbuka dan
berpalinglah dari orang yang musyrik”. (Q.S Al-Hijr : 94)[10]
Setelah
turun ayat ini, Rasulullah SAW, menyampaikan dakwahnya kepada seluruh lapisan
masyarakat kota Makkah yang pluralistik, dari golongan bangsawan sampai
golongan budak serta pendatang kota Makkah yang mempunyai agama berbeda dan
berbagai suku. Untuk berdakwah secara terang-terangan ini beliau mengamhil
bukit “shofa” sebagai tempat dakwahnya. Rasulullah SAW. Menyampaikan dakwah dibukit Shofa selama
dua kali, namun orang-orang banyak yang mendustakanya. Sebagian ada yang
menerima dan sebagian ada yang menolaknya dengan kasar.
Pada
tanggal 27 Rajab tahun ke XI dari kenabian (621 M) Rasulullah SAW melakukan
Isra’ dan Mi’raj. Sehubungan dengan masa perjuangan dakwah Islam yang masih
membutuhkan waktu lama dan ketekunan, sedangkan reaksi musuh semakin bertambah
kejam, maka Allah SWT mengijinkan Rasulullah Saw untuk “Isra” dan “Mi’raj”. 10 tahun
Rasulullah SAW memperjuangkan “Pola dasar pembangunan garis besar haluan
negara” bersumber Al-Quran, yaitu pembentukan: “Pribadi Muslim” di Makkah unsur
mutlak bagi pembentukan “ Masyarakat Islam” di Madinah. Kemudian beliau
senantiasa mendapat reaksi dari kaum Musyrikin Quraisy yang sengit dan
menyakitkan hati, terlebih setelah wafatnya dua orang yang disegani; Khadijah
(Istri Beliau) dan Abi Tholib (Paman Beliau). Itu merupakan salah satu sebab
terjadinya Isra’ dan Mi’raj.
Hijrahnya
Rasulullah SAW ke Madinah merupakan sebagai motivasi untuk keselamatan Islam,
kelancaran dakwah Islamiyah, kemaslahatan ummat serta perintah Allah SWT.
Langkah-langkah startegi yang dilakukan Rasulullah Saw unuk hijrah ke Madinah
antara lain:
1)
Fase pertama, penentuan sasaran dan target untuk masa
waktu tertentu.
2)
Fase kedua, perentuan sarang unuk merealisasikan sasaran
yang lebih tepat.
3)
Fase ke tiga, pengeluaran keputusan yang menjamin
terpacainya sasaran dakwah.
4)
Fase keempat, pemeriksaan kembali langkah-langkah yang
disusun.[11]
Strategi
prosesi hijrahnya Rasulullah SAW dengan cara umat Islam diperintahkan untuk
berangkat dahulu kemudian Nabi menyusul serta Nabi berjalan ke Selatan (goa
tsur), baru setelah itu ke Madinah. Sebagai manfaat lebih terjamin keselamatan
dan sebagai pembelajaran.
2.
Pemikiran dan
Peradaban Islam Periode Madinah
Langkah-langkah
yang diambil oleh Rasulullah SAW, untuk meletakkan dasar pembinaan masyarakat
Madani/Islami di Madinah antara lain:[12]
- Mendirikan masjid
Setibanya
Rasulullah SAW, di Quba, sebuah desa di luar Madinah, nabi sudah meminta agar
dibangun sebuah masjid sebagai pusat kegiatan dakwah dan sentra pengembangan
kebudayaan. Adapun fungsi mendirikan masjid adalah sebagai sarana ibdah dan
dakwah. Selain untuk shalat juga sebagai
tempat musyawarah dan perencanaan strategi dakwah, tempat pengajaran dan
perguruan, serta tempat penerimaan tamu dan delegasi-delegasi. Bahkan di
serambi depan disediakan tempat unuk fakir miskin yang tidak mempunyai
pekerjaan dan tempat tinggal. Tindakan pembangunan masjid mengandung makna
bahwa pembinaan moral dan taqwa adalah hal yang pertama dilakukan sebelum
hal-hal yang lain dikerjakan.
- Mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshor
Kedua kaum
ini disatukan berdasarkan tali ikatan agama tanpa ada perbedaan derajat baik
karena darah maupun karena suku. Kaum Anshor adalah orang-orang Islam penduduk
asli Madinah, sedangkan kaum Muhajirin adalah orang-orang Islam yang
pindah/hijrah dari Makkah ke Madinah dengan membawa agamanya. Rasulullah SAW,
memberikan hak yang sama kepada kedua
kaum tersbut. Beliau melarang kepada mereka tidak bermusuhan dan balas dendam.
Hal
tersebut juga ditegaskan bahwa Rasulullah SAW di kirimkan Allah SWT ditengah
umat manusia dibekali kitab suci Al Qur’an dan ajaran keadilan agar manusia
tegak dengan keadilan itu. Keadilan yang tanpa memandang siapa yang akan
terkena akibatnya, meskipun mengenai diri sendiri, keluarga, maupun teman
dekatnya bahkan terhadap orang yang membencinya sekalipun.
- Membuat Perjanjian (
Piagam Madinah)
Piagam
Madinah merupakan basis kajian untuk mendapatkan wawasan tentang sosial –
politik – demokratik, karena hampir semua pengkaji sejarah Islam mengakui
“bahwa” Piagam Madinah” merupakan instrumen hukum–politik yang membuat
komunitas Islam dan non Islam. Bahkan oleh sebagian pakar ilmu politik piagam ini dianggap sebagai
konstitusi atau undang-undang dasar
pertama bagi “Negara Islam” yang didirikan Nabi SAW di Madinah.
Latar
sosial–budaya masyarakat Madinah sangat majemuk, terbukti penduduknya terbagi
ke dalam kelompok-kelompok etnik, ras dan agama yang berbeda. Pada umumnya
faktor ini mendorong konflik yang tidak mudah diselesaikan, tetapi “Piagam
Madinah” mampu menjadi perekat unitas dari pluralitas tersebut. Kepemimpinan
serta Pemikiran Nabi Muhammad SAW adalah
model yang paling ideal dan sempurna dari kepemimpinan abad ke 7 M karena
keberhasilannya membangun pemerintahan Islam.
Dalam
konteks ini Islam tampaknya memang didesain untuk bisa menata kehidupan sosial
yang pluralistik. Untuk mendapatkan isi/butir-butir Piagam Madinah, berikut
dikutipkan naskah Piagam Madinah, berisi:
Ø Pembinaan
persauan/persaudaraan
Ø Pembinaan
keamanan dan perluasan daerah
Ø Penataan
hukum
Ø Penataan
kebebasan/kerukunan umat beragama
Ø Pengaturan
tentang perdamaian, sanksi dan perang[13]
- Membuat landasan pembinaan
Landasan
pembinaan pada hakikatnya adalah usaha-usaha yang dilakukan agar taraf hidup
manusia menjadi layak dan lebih baik. Rasulullah SAW, membangun sebuah
masyarakat bernegara yang didukung oleh seluruh penduduk Madinah dan sekitarnya
tanpa memandang asal keturunan dan agama yang dianut. Masyarakat plural dalam
membangun bernegara ini diikat oleh tali kepentingan dan cita-cita bersama,
baik dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan lain-lain, yang mencakup
segenap aspek kehidupan manusia. Serta menerapkan sistem pemerintahan Teokrasi
Sabda Nabi
SAW, "Barang siapa berperang untuk menegakkan kalimah Allah (Islam)
yang mulia maka ia berjuang di jalan-Nya" (HR. Bukhori Muslim). Jihad
tidak hanya terbatas pada peperangan melawan musuh, jihad pun dapat dilakukan
dengan pengorbanan harta dan jiwa dengan tulus ikhlas dalam menegakkan agama
Allah SWT. Sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan as-Sunah.[14]
Mempertahankan eksistensi Islam, dengan berbagai perang di anataranya: Perang
Badar, Uhud, Khandaq, Khaibar, Tabuk, Fathu Makkah, dan lain-lain.
Menjadikan
diri Rasulullah SAW sebagai tokoh multi dimensional; sebagai Rasul, sebagai
pemimpin keluarga, sebagai pemimpin pemerintahan/negara, sebagai pemimpin
perang, sebagai pedagang, dan lain-lain.[15]
[1] Amaly, 1986, hlm. 11, dalam M. Haezan, Dakwah
Rasulullah SAW Menurut History Islam (Periode Mekah-Madinah), Skripsi.
(Jur. Dakwah dan Komunikasi, STAIN, Surakarta, 2008), hlm. 63
[2] Amaly, 1986, hlm. 29, dalam M. Haezan, Ibid, hlm. 64
[3] Qur’an Karim dan Terjemahan Artinya. (cetakan
kedelapan, UII Press, Yogyakarta, 2009), hlm. 339
[4] Muhammad Mukhlis A, Sidnan Nabi Sang Pemilik Hati
Jutaan Manusia. (Penerbit Salman, Bekasi, 2011), hlm.47
[5] M. Haezan, Dakwah Rasulullah SAW Menurut History
Islam (Periode Mekah-Madinah), Skripsi. (Jur. Dakwah dan Komunikasi, STAIN,
Surakarta, 2008), hlm. 69
[6] Muhammad Mukhlis A, Sidnan Nabi Sang Pemilik Hati
Jutaan Manusia. (Penerbit Salman, Bekasi, 2011), hlm. 54
[7] Muhammad Mukhlis A, Ibid, hlm. 55
[8] M. Haezan, Dakwah Rasulullah SAW Menurut History
Islam (Periode Mekah-Madinah), Skripsi. (Jur. Dakwah dan Komunikasi, STAIN,
Surakarta, 2008), hlm. 91
[9] M. Sularno, Hand Out Mata Kuliah Pemikiran dan
Peradaban Islam. (FIAI, Universitas Islam Indonesia, 2011), hlm. 14
[10] Qur’an Karim dan Terjemahan Artinya. (cetakan
kedelapan, UII Press, Yogyakarta, 2009), hlm. 469
[11] M. Haezan, Dakwah Rasulullah SAW Menurut History
Islam (Periode Mekah-Madinah), Skripsi. (Jur. Dakwah dan Komunikasi, STAIN,
Surakarta, 2008), hlm. 110
[12] M. Haezan, Ibid, hlm. 119-120
[13] M. Sularno, Hand Out Mata Kuliah Pemikiran dan
Peradaban Islam. (FIAI, Universitas Islam Indonesia, 2011), hlm. 15
[14] Hsubky, 1995, hlm. 106, dalam M. Haezan, Dakwah Rasulullah
SAW Menurut History Islam (Periode Mekah-Madinah), Skripsi. (Jur. Dakwah
dan Komunikasi, STAIN, Surakarta, 2008), hlm. 16
[15] M. Sularno, Hand Out Mata Kuliah Pemikiran dan
Peradaban Islam. (FIAI, Universitas Islam Indonesia, 2011), hlm. 15
PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM MASA NABI MUHAMMAD SAW
Reviewed by Unknown
on
Thursday, March 22, 2012
Rating:
Dagdusheth Ganesh JI Temple | Hinduism - FBCasino 바카라사이트 바카라사이트 우리카지노 계열사 우리카지노 계열사 12bet 12bet 83qq Gaming Slot Demo - Shootercasino.com
ReplyDelete